ARROHMAH.CO.ID — Premis yang menyatakan bahwa gelar akademis yang berderet deret pada seorang guru bukan jaminan keberhasilan dalam mendidik santri. Metodologi pembelajaran yang paling canggih pun demikian, mungkin ada benarnya. Bahkan sangat mungkin gelar yang membanggakan dan metodologi pembelajaran yang canggih itu justru jadi bumerang menuju kegagalan. Hal ini bisa terjadi jika seorang guru mengabaikan peran Allah SWT dalam mendidik.
Mendidik itu menyentuh hati. Hati adalah pusat perubahan diri. Jika hatinya baik, maka ucapan dan perilaku santri akan menjadi baik. Jika hatinya buruk, maka ucapan dan perilakunya pun menjadi buruk. Dan tidak ada seorangpun yang dapat membolak balikan hati kecuali Allah SWT. Disinilah dibutuhkan kekuatan seorang guru untuk menghadirkan Allah dalam setiap interaksi dengan santri.
Pendidikan Islam klasik pun menjadikan metode sebagai sorotan. Ini dapat dipahami karena metode memang lebih penting dari kurikulum, Ath-thoriqah ahammu minal madah. Namun metode juga sangat tergantung pelaksanaannya pada guru, sebab guru lebih penting dari metode itu sendiri, al-mudarris ahammu min ath thariqah. Namun, ruh seorang guru lebih bermakna dari jasadnya sendiri, wa ruhul mudarris ahammu min mudarris nafsuhu. Karena metode secanggih apa pun, jika berada pada guru yang tidak bersemangat akan nihil hasinya. Ruhul Mudarris ahammu min kulli sai’in, Ruh seorang guru lebih penting dari semuanya. Prinsip keterkaitan antara kurikulum, metode, dan guru, telah disadari pentingnnya oleh para ulama-ulama muktabar yang terjun langsung mengurus lembaga pendidikan.
Prinsip pendidikan harus tegas menyatakan bahwa metode lebih penting dari materi; guru lebih penting dari metode; dan jiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri. Jadi selain materi dan guru, jiwa guru sangat berperang penting dalam keberhasilan pengajaran. Karena dengan jiwa keikhlasan dan pengabdiannya, guru akan dapat mewarnai murid. Ini sesuai pendapat Sir Pency Nunn, seorang guru besar pendidikan di University of London yang mengatakan bahwa baik buruknya suatu pendidikan tergantung kebaikan, kebijakan, dan kecerdasan pendidik.
ilihlah dan pilihkan anak kita dengan guru yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah); senantiasa takut kepada Allah (al-khauf ilallah); senantiasa bersikap tenang dan selalu berhati-hati (wara’); senantiasa tawadhu’, khusyuk, mengadukan segala persoalannya hanya kepada Allah; tidak menggunakan ilmunya hanya untuk meraih kepentingan dunia semata.
Tarhib Ramadhan Session dengan para mujahidah santri SMP-SMA Ar-Rohmah Putri Islamic Boarding School Malang
Malang, 26 Mei 2017
[*Rully Cahyo Nufanto]