HAKEKAT BERSYUKUR

Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah”.(QS. Al Baqarah: 172).

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada manusia sungguh luar biasa banyaknya. Bahkan Allah sendiri berfirman bahwa manusia tidak akan mampu menghitung jumlah nikmat yang Allah berikan sebagaimana yang difirmankan dalam surat  an Nahl ayat 18, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kewajiban manusia adalah mensyukuri semua karunia tersebut dalam kehidupan kesehariannya. Hakekat bersyukur adalah memberikan pujian kepada yang telah memberikannya, yaitu Allah Ta’ala, dan berterimakasih atas segala pemberianNya.

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Untuk menunjukkan rasa kesyukuran kita atas segala karunia yang telah Allah berikan, paling tidak ada tiga langkah yang bisa kita lakukan.

Pertama, mengakui keutamaan Allah yang telah memberikan karunia-karuniaNya kepada dirinya karena kemurahanNya, bukan karena daya, upaya dan kekuatan yang dimilikinya. Rasulullah Muhammad memberikan tuntunan akan hal tersebut, melalui sabda beliau, “Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda, ‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat berkata, ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu’” (HR. Muslim).

Kedua. membicarakan karunia yang telah Allah berikan secara lahir kepada orang lain bahwa Allah yang memberinya karunia. Ia memujiNya dan mensyukurinya, tidak menisbatkan karunia tersebut kepada yang lain, sebagaimana firman Allah,“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS. Adh-Dhuha: 11).

Ketiga, diantara tanda mensyukuri karunia Allah adalah menggunakan karunia-karunia itu untuk berbuat kebaikan sehingga mendapatkan ridhoNya, bukan malah bermaksiat. Jika seseorang menggunankan karunia yang diperolehnya untuk berbuat maksiat, maka ia termasuk orang-orang yang ingkar dan pantas mendapatkan siksaNya. Hal tersebut Allah jelaskan dalam firmanNya pada surat Ibrahim ayat yang ke tujuh, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7).

Semoga kita termasuk golongan hamba-hamba yang pandai bersyukur kepadaNya. Wallahu ‘alam.

[*] Alimin Mukhtar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X