PINDAH KAMAR

 ARROHMAH.CO.ID — Sebetulnya, ya sudah dari dulu begini ini. Tiap tahun ada acara pindah kamar di SMP-SMA Ar-Rohmah Putri Pesantren Hidayatullah Malang. Tapi, untuk “anak wedok”, acara pindah kamar bisa bikin heboh, bahkan ortu juga ikutan baper.

Padahal, pindahnya ya muter di sini-sini saja. Kadang cuma pindah lantai, yang dari atas turun atau sebaliknya, tapi masih satu gedung. Tidak jarang ada yang cuma geser ke kamar sebelah. Kalau pun beda gedung, tetap satu kompleks. Dan, gedungnya juga tetanggaan, mepet pet.

Tapi, ya memang karakter anak perempuan itu sensitif, ya. Bukan cewek kalau tidak heboh. Sampe histeris. Seneng. Surprise. Deg-deg-ser. Bisa juga kecewa. Manyun. Gak mood. Mogok. Bahkan ada yang pengin pindah pondok gara-gara pindah kamar. Lho?!

Kisah nyata. Saya pernah melihat 3 atau 4 anak SMP berdiri, matanya sembab menangis dan peluk-pelukan sedih. Di depan laundry, tepat di depan rumah saya. Kebetulan saya pas di ruang tamu. Saya kira ngapain. Saya sampai minta istri (yang juga bertugas di Asrama) untuk mendekati mereka. Khawatir jika ada yang urgent dan emergency.

Setelah dicek, ternyata mereka sedang perpisahan, mau pindahan kamar. Oalahh nduuk…. koyok arep pindah nyang planet Mars wae. Pake nangis-nangis, rangkul-rangkulan, kata-kata perpisahan, janji tak saling melupakan. Pindah kamar kok seperti pindah ke dunia lain. Hehe.

Sebetulnya, pindahan itu untuk apa? Uraiannya agak panjang.

Dalam tradisi tholabul ‘ilmi, salah satu yang terpenting adalah proses tazkiyah (penyucian diri, pembersihan jiwa). Agar siap dimasuki ilmu. Di antara sarana tazkiyah adalah rihlah (pengembaraan). Dari dulu tradisi para ulama memang meninggalkan kampung halaman untuk mencari ilmu. Rihlah ‘ilmiyyah.

Dalam rihlah ini, kata Imam Ghozali, watak asli setiap orang akan tersingkap. Sebab seseorang baru terlihat aslinya bila dipisahkan dari kenyamanan. Rihlah akan membuka tabir penghalang, yang memungkinkan guru melihat watak asli seseorang dan memberikan terapi yang tepat.

Begitu juga, rihlah ‘ilmiyyah adalah cara seseorang memahami dirinya sendiri, apa adanya, saat segala penopang dan atribut yang biasa melingkupinya dilepaskan.

Kenyamanan (atau: Zona Nyaman) itu sering membelenggu potensi hakiki jiwa. Rutinitas juga bisa mematikan kreatifitas, membuat manusia berhenti belajar, berhenti tumbuh, lalu spiritnya berkarat dan lapuk.

Maka, setahun sekali kita menata ulang keanggotaan kamar santri. Sengaja, agar “Zona Nyaman” mereka terusik, dan jiwanya tergugah untuk belajar lagi. Mental mereka harus dikuatkan dengan latihan beradaptasi, mengenal lebih banyak orang, hidup nyaman dalam segala kondisi. Terus bergerak, tumbuh, hidup.

Kita tidak tahu seperti apa zaman dan nasib mereka kelak. Kita bisa jadi tidak mampu “menciptakan” masa depan yang diharapkan. Tapi kita bisa membekali mereka dengan karakter dan mentalitas juara. Biar mereka tidak cemen, lembek, pengecut, kecil hati. Hidup ini berat, Sist….hehe.

Hadapilah. Jangan meringkuk di sudut Zona Nyamanmu yang mulai berdebu dan meremang senja. Seperti para Nabi, hijrah itu memantik energi. Para Sahabat Nabi pun berhijrah.

Kita harus mengajarkan kepada anak-anak, bahwa dunia ini luas. Isinya beragam dan indah. Bukan hanya kamar yang itu-itu saja. Teman yang baik bukan hanya yang itu-itu saja.

Bahkan, saat kita tidak menemukan tempat yang sesuai ekspektasi, Allah menugasi kita untuk menciptakannya. Bukankah manusia itu khalifah Allah di muka bumi? Lihat, manusia membangun rumah saat tidak menemukan tempat berteduh.

Begitu juga, saat tidak mendapati kawan yang selaras harapan, maka kita harus menciptakannya. Itulah kenapa kita harus berdakwah, mengajar, beramar ma’ruf nahi munkar. Ini ‘kan jalan para Nabi dan Rasul. Seru.

Jadi, dinikmati saja. Ayo pindahan….!! (Kontributor : Alimin Muhtar | Editor : Hery Purnama)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X