SIKAP HIDUP MULIA

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,” (QS al-Baqarah: 148).

Masyarakat akan menjadi baik jika dimulai dari kehidupan pribadi yang baik. Pribadi-pribadi yang baik akan muncul dari sikap hidup yang selalu mengikuti petunjuk dan arahan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Berikut ini tiga sikap hidup mulia yang jika mampu dipraktekkah akan melahirkan pribadi-pribadi yang baik secara individu, juga secara sosial dalam bermuamalah dengan sesamanya.

Introspeksi diri (Muhasabah)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).

Muhasabah diri merupakan salah satu sarana seorang muslim untuk mengukur sudah berapa banyak amal kebaikan dan keburukan yang dia telah berbuat. Tidak jarang motivasi untuk memperbaiki amalan-amalan yang ada tak kunjung hadir, penyebabnya satu diantaranya adalah karena melupakan muhasabah diri sehingga merasa sudah cukup dengan amalan yang telah dilakukan.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda dalam hadist riwayat Ahmad bahwa orang yang pandai adalah orang yang mau mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk setelah kematian, sedang orang yang lemah adalah orang yang jiwanya selalu tunduk pada nafsunya dan mengharap pada Allah dengan berbagai angan-angan.

Merasa cukup atas nikmat Allah (Qonaah)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda, “Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian agar kalian tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian.” (Muttafaqun Alaih).

Qona’ah adalah sikap menerima apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya, selalu berfikir positif (berbaik sangka) terhadap semua pemberian Allah kepadanya. Berfikir bahwa Allah memberikan sesuatu kepada kita diukur sesuai dengan kemampuan kita. Khawatir akan menerima siksa Allah karena tidak mensyukuri nikmat-nikmatnya, “Dan (ingatlah juga) takkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami menambah nikmat kepadamu. Dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesunggunya azab-Ku sangat pedih” (Q.S.Ibrahim ayat 7).

Istiqomah dalam kebaikan (Ihsan)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi pembuka kebaikan dan penutup pintu keburukan. Dan sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi pembuka keburukan dan penutup kebaikan. Berbahagialah orangorang yang Allah jadikan sebagai pembuka kebaikan melalui tangannya. Dan celakalah orang-orang yang Allah jadikan sebagai pembuka keburukan melalui tangannya,” (HR Ibnu Majah).

Seorang Muslim pada dasarnya selalu berusaha memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan, memberi nasihat kepada yang sedang tidak tepat langkahnya, dan juga memberi manfaat kepada yang berhak menerimanya. Itulah sikap ihsan yaitu selalu berbuat kebaikan karena merasa selalu dalam pantauan Allah Dzat yang Maha Kuasa.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan anugerah kepada kita kegemaran bermuhasabah diri, serta memiliki karakter qona’ah dan ihsan dalam diri kita. Walllahu ‘alam.

[*Alimin Mukhtar]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X